Sabtu, 06 Desember 2014

Laporan Praktikum Analisa Asam Lemak Bebas

I.               TINJAUAN PUSTAKA
II.1   Minyak Kelapa Sawit
Nama ilmiah dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis Jack. Kelapa sawit berasal dari Nigeria dan Afrika Barat, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal itu dikarenakan kelapa sawit lebih banyak ditemukan di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Fauzi, 2002).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini, telah banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah (Fauzi, 2002). Minyak sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine butter, vanaspati, shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue.
Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lainnya, yaitu mengandung karotein
yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai
 sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan
 linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit memiliki kestabilan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik (Fauzi, 2002).
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin dalam berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun, dan sebagainya. Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah tersebut disebut minyak mentah atau dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan dari bagian biji buah disebut Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak mentah tersebut masih mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas, pospat, pigmen, bau, air dan sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa sawit ini dilanjutkan dengan proses bleching (pemutihan) dan deodorizing (penghilang bau) agar minyak tersebut menjadi jernih, bening dan tak berbau atau biasa disebut refined, bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein. (Amang, 1996,).
II.2  Minyak Goreng Curah
Minyak curah itu adalah sebutan untuk minyak goreng tanpa merek, dan biasanya penjualannya bisa dimulai dari 1/4 liter. Warnanya berbeda dengan minyak goreng bermerek yang lebih jernih dibanding minyak goreng curah. Dari segi kandungan minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan, namun tidak ada masalah menggunakan minyak curah, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan sangat tidak baik bagi  kesehatan. Sekedar diketahui, minyak curah hanya mengalami penyaringan sampai tahap olein. Dan masih mengandung soft stearin (minyak fraksi padat) pada tingkat tertentu. Minyak sawit asam lemak bebas (FFA) 0,1%, selain itu tingkat sanitasi dan kebersihannya kurang baik, tidak sebersih minyak  bermerek, minyak curah yang bening dan bersih tidak mengandung antioksidan (Rosiani, 2008).
Minyak curah hanya mengalami penyaringan sampai tahap olein. Dan masih mengandung soft stearin (minyak fraksi padat) pada tingkat tertentu. Minyak curah biasanya lebih keruh dibandingkan minyak bermerek. Selain itu tingkat sanitasi dan kebersihannya kurang baik, tidak sebersih minyak bermerek. Minyak curah yang bening dan bersih sebenarnya lebih aman karena tidak mengandung antioksidan. Kandungan minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan. Minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan (Pandiangan, 2007).
Minyak goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih keruh. Minyak goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang sering digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi makanan yang digoreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa (Bundakata, 2012).
II.3  Asam Lemak Bebas

ALB atau "asam lemak bebas" yaitu nilai yang menunjukkan jumlah 

asam lemak bebas yang ada di dalam lemak atau jumlah yang 
menunjukkan berapa banyak asam lemak bebas yang terdapat 
dalam lemak setelah lemak tersebut di hidrolisa. tujuan analisa 
angka asam atau bilangan saponifikasi adalah sebagai indikasi untuk 
mengetahui seberapa besar lemak yang dianalisa, sedangakan tujuan total FFA (untuk bidang industri sabun) adalah mengukur seberapa besar efisiensi reaksi yang dilakukan (yield reaksi) ingat FFA berhubungan dengan banyaknya asam lemak yang terdapat dalam fat/setelah dihidrolisa sehingga bisa dikorelasikan dengan banyaknya sabun yang  terbentuk (Anonim, 2011d).
Asam  lemak  bebas  merupakan  hasil  degradasi  dari trigliserida sebagai akibat dari kerusakan minyak. Selain itu, asam lemak bebas juga merupakan asam yang dibebaskan dari proses hidrolisis dari lemak. Asam lemak bebas ini biasanya ditemukan dalam sel dalam jumlah yang besar (Fauziah, 2011).

Menentukan angka penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunakan NaOH dalam Alkohol dapat membentuk sabun. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol yang digunakan konsentrasinya berada dikisaran 95-96%. Fungsi pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut 

bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol 
larut (Wahyuni, 2012).

Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan 

untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu 
bahan atau sampel. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sampel semakin tinggi, besarnya asam lemak 
bebas yang terkandung dalam  sampel  dapat  diakibatkan dari proses 
hidrolisis ataupun karena proses  pengolahan yang kurang baik. Sampel yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan cair, sehingga sampel terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk  mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sampel dalam keadaan padat akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan  pengecilan  ukuran,  maka  asam lemak yang terkandung  dalam  bahan akan  lebih  banyak  keluar  daripada sampel dalam keadaan padat. Setelah proses penimbangan selesai, selanjutnya adalah penambahan pelarut. Pelarut yang dipergunakan  dalam praktikum  penentuan  kadar  asam  lemak  bebas adalah alkohol dalam kondisi panas dan netral (Fauziah, 2011).
Alkohol dalam kondisi yang panas akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang juga  nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat. Jika  kondisi  alkohol yang  dipergunakan  tidak  netral,  maka hasil titrasi asam-basa menjadi tidak sesuai atau salah. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dengan menggunakan penangas air, hal ini dilakukan karena titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Proses penetralan alkohol dilakukan dengan tes kualitatif menggunakan indikator pH universal. Apabila kondisi alkohol  terlalu  asam,  maka  perlu  dilakukan dengan penambahan basa lemah. Apabila  kondisi  alkohol  terlalu  basa,  maka   penambahan asam lemah perlu dilakukan. Pada titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N dan indikator yang dipakai adalah phenolphtalein (PP), saat penambahan PP larutan berubah warna menjadi merah muda, padahal seharusnya larutan tidak berwarna, hal ini disebabkan terjadi kesalahan, yaitu alkohol yang dipergunakan dalam titrasi tidak dalam kondisi netral, hal ini menyebabkan  nilai  yang  diperoleh  menjadi  tidak benar dan jauh dari  data yang kedua. NaOH 0,1 N sebelumnya sudah distandardisasi menggunakan asam oksalat, titik akhir dari titirasi dicapai saat larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda (Julisti, 2010).
II.4  Indikator Phenolphthalein (pp)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivale. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan. Untuk mengetahui titik ekivalen, dapat digunakan indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai titik   akhir   titrasi (Anonim, 2010a).
II.5  Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya (Newbieboy, 2011).
II.6  Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut 

grain alcohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol.
 Hal ini disebabkan karena memang etonal yang digunakan sebagai 
bahan dasar pada minuman tersebut, bukan etanol, atau grup alkohol
 lainnya. Isomer fungsi disebut alkohol dan eter,  karena kedua senyawa
tersebut memiliki rumus molekul sama tetapi gugus fungsinya berbeda. 
Karena  gugus fungsi  alkohol dan eter berbeda maka sifat-sifat  alkohol dan eter sangat berbeda. Salah satu perbedaan alkohol dengan eter  yaitu,  Zat 
cair (Anonim, 2010b).

Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan 

senyawa (Anonim, 2012c).
Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol yang digunakan konsentrasinya berada dikisaran 95-96%. Fungsi pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya (Wahyuni, 2012).












III.             METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium tentang Analisa Asam Lemak Bebas dilaksanakan pada hari Rabu,  November 2014, pukul 08.00-12.00 WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Analisa Kadar asam Lemak adalah sebagai berikut.
-            erlenmeyer 250 ml
-            alat penangas
-            timbangan analitik
-            batang pengaduk
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Analisa Kadar asam Lemak adalah sebagai berikut.
-            minyak curah
-            minyak sawit
-            indikator pp
-            NaOh 0,1 N
-            Alkohol 96%
III.3  Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum analisa kadar asam lemak bebas adalah sebagai berikut
1.         Sampel ditimbang sebanyak 5 gram.
2.        Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml alkohol netral.
3.         Dipanaskan hingga mendidih.
4.       Setelah sampel dingin ditambahkan 2 ml indikator pp dan titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Hasil dari praktikum analisa asam lemak bebas adalah sebagai berikut
Tabel 25 Hasil Pengujian asam lemak bebas
Kelompok
% FFA ( Freea Fatty Acid)
Minyak Curah
Minyak Sawit
Satu
0.392%
0.163%
Dua
0.353%
0.163%
Tiga
0.286%
0.247%
Empat
0.204%
0.199%
Lima
0.399%
0.337%
Sumber: Data Sekunder Hasil Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium, 2014-12-09
IV.2 Pembahasan

Tidak ada komentar: