LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
UJI KARBOHIDRAT METODE IODIN
NAMA : ERVAN TOGATOROP
NIM : G31113302
LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TENOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Karbohidrat sangat dibutuhkan didalam tubuh kita. Karbohidrat adalah
senyawa makromolekul yang terdapat pada bahan pangan yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Karbohidrat terdiri atas empat bagian yaitu monosakarida,
disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida terdiri atas satu gugus gula, disakarida terdiri atas dua
gugus gula, oligosakarida terdiri atas tiga sampai sepuluh gugus gula,
polisakarida terdiri atas sepuluh atau lebih gugus gula. Setiap gugus gula
dihubungan oleh ikatan gliosidik.
Karbohidrat berfungsi
sebagai penghasil energi utama di dalam tubuh. Untuk beraktivitas kita
membutuhkan energi, energi diperoleh dari bahan-bahan makanan yang mengandung
karbohidrat. Sumber utama karbohidrat yang sangat sering kita tahu seperti
beras, jagung, kentang, ubi, sagu.
Analisa karbohidrat dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa jumlah karbohidrat
didalam bahan pangan. Contoh analisa kuantitatif adalah metode lowry. Analisa kualitatif
di gunakan untuk menganalisa ada tidanya karbohidrat dalam bahan pangan. Conto analisa kualitatif adalah metode iodin.
Analisa karbohidrat secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya karbohidrat dalam bahan pangan. Metode iodin dapat digunakan untuk
menganalisa karbohidrat secara kualitatif. Jenis karbohidrat yang di uji dengan
metode karbohidat adalah karbohidrat jenis polisakarida. Polisakarida ditambahkan
iodin akan membentuk warna berbeda sesuai dengan jenis karbohidratnya.
b. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum uji karbohidrat metode iodin adalah
sebagai berikut
1. Untuk mengetahui prinsip pengujian
karbohidrat dengan metode iodin
2. Untuk mengetahui jenis karbohidrat
pada suatu bahan pangan secara kualitatif.
Kegunaan dilakukannya praktikum pengujian karohidrat dengan metode
ioin adalah agar setiap praktikum mengerti cara menguji karbohidrat secara
kualitatif dan mngetahui jenis karbohidrat yang sedang di ujinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
KENTANG (Solanum
Tuberosum)
Merupakan tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi. Tanaman
pendek, tidak berkayu, menyukai iklim sejuk seperti di perbukitan (dataran
tinggi). Merupakan tanaman berbunga (bunga sempurna) dan tersusun majemuk
dengan ukuran sekitar 3 cm. Warna kentang berkisar dari coklat keunguan hingga
putih kekuningan (Ilias, 2012).
Klasifikasi kentang berdasarkan Distan (2012)
adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super
Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub
Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum tuberosum L
Kentang terkenal karena kandungan karbohidrat nya (sekitar 26 gram
dalam kentang medium). Bentuk dominan dari karbohidrat ini adalah pati.
Sebagian kecil tapi signifikan pati ini adalah tahan terhadap pencernaan oleh
enzim dalam lambung dan usus kecil, sehingga mencapai usus besar dasarnya utuh
(Anonim, 2010).
B. Pepaya (Carica Papaya)
Pepaya (Carica
papaya L.),
atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian
selatan dan bagian utara dari Amerika
Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh
daerah tropis untuk
diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama
pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa
Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil
dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawapepaya
disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang".
Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda
dimasak sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau
sebagai campuran koktail buah Daun pepaya muda dimakan sebagai
lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Getah
pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, danbuah) mengandung enzim papain,
semacam protease,
yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya.
Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya
juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional
untuk menambah nafsu makan (Anonim, 2011).
Disamping gizinya
yang tinggi, pepaya adalah buah yang
memiliki kandungan tinggi antioksidan. Ini termasuk vitamin C,
flavonoid, folat, kalsium, vitamin A,
mineral, magnesium, vitamin E,
kalium, serat dan vitamin B1 vitamin b2, vitamin b6, vitamin b12.
Antioksidan memerangi radikal
bebas dalam tubuh dan menjaga kesehatan sistem kardiovaskular dan memberikan
perlindungan terhadap kanker usus besar (Superkunam,2010)
Berdasarkan Superkunam
(2010), taksonomi pepaya adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Ordo
: Violales
Genus
: Carica
Spesies
: Carica pepaya L.
C. Pisang (Musa paradisiaca)
Menurut Cinthya (2006)
klasifikasi
ilmiah pisang tergolong dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan
dari tingkat Kingdom hingga species berikut ini:.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Keluarga
: Musaceae
Marga : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Di dalam
buahnya terdapat energi yang cukup tinggi dibandingkan buah-buahan yang lain.
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium.
Berdasarkan kandungan energi dalam buah pisang maka pisang direkomendasikan
oleh para ahli herbal untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti:
pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan
bengkak, disentri, amandel, kanker perut, sakit kuning, pendarahan usus besar,
diare, dll. Pisang juga dapat mengobati tekanan darah tinggi, karena pisang
mengandung potassium yang tinggi yang berguna bagi orang yang harus melakukan
diet rendah garam (Poedjiadi, 2009)
D. Ubi jalar (Ipomoea batatas)
Tanaman
ubi jalar mempunyai umbi akar yang merupakan simpanan energi bagi tumbuhan
tersebut. Bentuk daunnya sangat bervariasi dari bentuk lonjong sampai bentuk
seperti jari dengan lekukan tepi yang banyak dan dalam. Ubi jalar dapat
berwarna putih, orange sampai merah, bahkan ada yang berwarna kebiruan, violet
atau berbintik-bintik biru. Ubi yang berwarna kuning, orange sampai merah
banyak mengandung karatenoid yang merupakan prekursor vitamin A (Sediaoetoma,
1993).
pati
merupakan karbohidrat utama yang paling banyak ditimbun di dalam umbi dan
sukrosa merupakan bentuk karbohidrat utama yang ditranslokasikan ke dalam
proses pembentukan umbi dan juga merupakan gula non reduksi yang utama. Ubi
jalar mengandung senyawa penyebab flatulensi. Flatulensi merupakan akibat dari
sisa karbohidrat yang tidak tercerna secara sempurna yang difermentasi oleh
bakteri tertentu dalam usus, sehingga dihasilkan gas H2 dan CO2 (Palmer, 1982).
E.
Jagung (Zea
mays)
Jagung merupakan tanaman semusim (annual).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011)
Menurut
Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi)
tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea
mays L
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian
besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa
campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.
Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami
peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan
protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari
F.
Karbohidrat
Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama
pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung
karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen
(C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat
diberikan. Karbohidrat berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon
yang mengikat air (Haris, 2013).
Proses penyerapan iodin oleh karbohidrat adalah dalam larutan pati
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini dapat menyebabkan pati
membentuk kompleks sehingga molekul iodium dapat masuk ke dalam spiralnya
(Amrida, 2011).
Adapun penggolongan karbohidrat
menurut Selastini (2011) yaitu :
1.
Karbohidrat Sederhana
a.
Monosakarida
Terdiri
atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air,
yaitu {C6(H2O)6} dan {C5(H2O)5}.
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-
rantai atau cincin karbon. Atom – atom hydrogen dan oksigen terikat pada rantai
atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil ( OH ). Ada tiga
jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa dan
galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang
sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hydrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya
hanya terletak pada cara penyusunan atom – atom hydrogen dan oksigen disekitar
atom – atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan
perbedaan dalam tingkat. kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga
monosakarida tersebut. Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat
dalam bentuk isomer dekstro.
·
Glukosa
Dinamakan
juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit,
yaitu did ala sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersamaan dengan
fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltose, dan laktosa pada hewan dan manusia. Tingkat kemanisan glukosa hanya
separuh dari sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat
kemanisan yang sama.
·
Fruktosa
Dinamakan
juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai
rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6,
namun strukturnya berbeda. Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama
glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur. Di dala tubuh,
fruktosa merupakan hasil pencernaan sakarosa.
·
Galaktosa
Tidak
terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi
terdapat dalam tubuh sebgai hasil pencernaan laktosa.
b.
Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau
sakrosa, maltose, laktosa dan trehalosa. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida
yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi. Disakarida dapat dipecah
kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui reaksi hidrolisis. Glukosa
terdapat pada ke empat jenis disakarida, monosakarida lainnya adalah fruktosa
dan galaktosa.
c.
Oligosakarida
Oligosakarida
terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Rafinosa, stakiosa dan
verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit – unit glukosa, fruktosa
dan galaktosa. Fruktan adalah sekelompok oligo dan polosakarida yang terdiri
atas beberapa unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan
terdapat di dalam serealia, bawang merah, bawang putih dan asparagus.
d.
Polisakarida
Polisakarida yang terdiri atas
lebih dari dua ikatan monosakarida. Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung
sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang
lurus atau bercabang. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah
pati, dektrin, glikogen dan polisakarida nonpati.Serat yang dinamakan juga
polisakarida nonpati .Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan
yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air dalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pectin, gum,
mukilase, glukan dan algal.
A. Metode Uji Karbohidrat
Menurut
Zulfikar (2010) Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat, yaitu:
1. Uji Molisch
Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji
ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi furfural
atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa furfural akan
membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan
memberikan warna ungu pada larutan.
2. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi.
Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau
bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik
yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium
karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga
alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau
monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton
bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).
3. Uji Barfoed
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan
disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed
mengandung senyawa tembaga asetat.
4. Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam
levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi
kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa
berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah
dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan
uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan.
5. Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna
biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi
senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan
warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict
Ada beberapa
macam metode yang dapat kita gunakan untuk analisa kadar gula reduksi
secara kuantitatif yaitu :
1. Metode Fisika
Ada dua (2) macam, yaitu :
a.
Berdasarkan indeks bias
Cara ini menggunakan alat yang
dinamakan refraktometer, Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein,
dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan
refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan
dari German pada permulaan abad 20 (Anonim, 2010). Pengukurannya didasarkan
atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati
bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak
dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan
alas.
b. Berdasarkan rotasi optis
Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis dari
gula yang memiliki struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi) sehingga
dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter atau polarimeter digital (dapat
diketahui hasilnya langsung) yang dinamakan sakarimeter Menurut hokum Biot; “besarnya rotasi optis tiap
individu gula sebanding dengan konsentrasi larutan dan tebal cairan:
2. Metode Kimia
Metode ini
didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa
(kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa meskipun tidak
memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga
tetap dapat bereaksi. Menurut Sudarmadji (1984) dalam metode kimia ini ada dua
(2) macam cara yaitu :
a.
Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
b.
Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
c.
Cara Luff Schoorl
Prinsip: Monosakarida dioksidasi oleh CuO dari
reagen Luff Schoorl menjadi Cu2O.kemudian kelebihan CuO dari reagen luff
Schoorl akan bereaksi dengan KI suasana asam membentuk I2 yang akan bereaksi
dengan cara dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan indikator amilum
d.
Metode Nelson-Somogyi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar
gula reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga arseno molibdat. Kupri
mula-mula direduksi menjadi bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro
yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arseno molibdat menjadi molibdenum
berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan membandingkannya
dengan larutan standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan.
Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel
dengan mengukur absorbansinya.
3. Metode enzimatis
Untuk metode
enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu gula secara
individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim yang
dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan untuk
mengukur kadar glukosa
a. Glukosa oksidase
D- Glukosa +
O2 oleh glukosa oksidase à Asam glukonat dan H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase à 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540 nm).
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase à 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540 nm).
b. Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase à Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase à Glukonat-6-Phospat + NADPH + H+ Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa. Menggunakan enzim spesifik untuk karbohidrat yan g akan diuji. Contoh enzimnya yaitu glukosa oksidase dan heksokinase.
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase à Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase à Glukonat-6-Phospat + NADPH + H+ Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa. Menggunakan enzim spesifik untuk karbohidrat yan g akan diuji. Contoh enzimnya yaitu glukosa oksidase dan heksokinase.
4. Metode Dinitrosalisilat (DNS)
Metode ini digunakan untuk mengukur gula
pereduksi dengan teknik kolorimetri. Teknik ini hanya dapat mendeteksi satu
gula pereduksi, misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus aldehida, sehingga
dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil. Gugus aldehida yang dimiliki oleh
glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil
dan menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa dengan suhu
90-100oC. Senyawa ini dapat dideteksi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
5. Metode Asam Fenol Sulfat
Metode ini disebut juga dengan metode TS (total
sugar) yang digunakan untuk mengukur total gula. Metode ini dapat mengukur dua
molekul gula pereduksi. Gula sederhana, oligosakarida, dan turunannya dapat
dideteksi dengan fenol dalam asam sulfat pekat yang akan menghasilkan warna
jingga kekuningan yang stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar