BAB 1
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Vitamin adalah suatu
zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi
untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapatmelakukan aktifitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada
tubuh kita.
Vitamin memiliki
peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan.
Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.
Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan
istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Dalam penentuan apakah
makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu pengujian agar dapat
mengetahui kadar vitamin yang ada seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8,
B9, B12, C, D, E, dan K. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam bahan
pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh tubuh
kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu kesehatan
tubuh kita. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini untuk mengetahui tentang
metode analisis vitamin.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
metode analisis vitamin?
I.3
Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan
makalah adalah untuk mengetahui apa saja vitamin, struktur, dan prosesnya.
Sedangkan tujuannya yaitu agar pembaca dapat memperoleh informasi tentang
vitamin. Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas analisa pangan agar
memperoleh nilai yang baik.
BAB
II
ISI
II.1 Vitamin
Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun
1912 oleh Cashimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak
beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan
sehari-hari. Zat ini sangat dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung
unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian
selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamin yang ternyata tidak
merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine” kemudian diubah
menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
Berdasarkan kelarutannya, vitamin
dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
1. vitamin yang larut dalam air, meliputi
vitamin B dan C. Menurut Kodicek (1971), vitamin yang larut dalam air
disebut prakoenzim (procoenzym).Vitamin-vitamin ini dapat bergerak bebas
dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat kelarutannya, vitamin yang
larut dalamair mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau
terlarut bersama air selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini
disimpan dalam julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan
atau diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
saturasi jaringan vitamin ini harus sering di konsumsi.
2.
vitamin yang larut dalam lemak,
meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan vitamin yang larut dalam lemak
disebut alosterin. Setelah diserap dalam tubuh, vitamin akan disimpandalam
jaringan-jaringan lemak, terutama hati. Karena sifatnya tidak larut dalam air,
vitamin-vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya, didalam tubuh dapat
disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh
lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.
II.2
Metode Analisis Vitamin
Beberapa metode
pengukur vitamin secara langsung dan memberikan pengukuran kuantitatif. Ini
direkomendasikan untuk digunakan terutama untuk vitamin yang berguna secara
klinis. Namun ini mahal dan tidak semua
laboratorium dapat memberikan tes tersebut. Metode ini meliputi:
• HPLC (metode referensi)
• Immunoassays (ELISA, RIA, FIA)
• Colorimetric dan Spektrofotometri tes
• Fluorometric assay &
Chemiluminescence assay
• amperometri assay
Karena vitamin
berfungsi sebagai ko-faktor dan substrat dalam berbagai reaksi tubuh, beberapa
metode memanfaatkan properti ini dan secara tidak langsung mengukur vitamin
dengan mengukur aktivitas enzim di bawah pengaruh. Metode ini relatif lebih
murah dan bisa menjadi semi-kuantitatif atau kualitatif. Namun beberapa metode
ini digunakan saat ini untuk penelitian saja dan ini termasuk:
• Tes Metabolit pemuatan
• enzim aktivasi eritrosit assay
• Tes kerapuhan Eryhtrocyte
• Waktu Prothrombin
• metode mikrobiologi
• Bioassay (in-vivo & in-vitro)
II.3 Metode
Langsung untuk Penentuan Vitamin
II.3.1 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Kromatografi adalah
metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran tersebut dibuat
sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti adsorben,
yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan
dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui
media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak
bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran
tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang
“diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya, masing-masing
komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential
migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut
pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara
komponen-komponen yang ada.
Kromatografi merupakan
salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran yang berdasarkan
distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara dua fasa, yaitu
fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa gerak
dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi).
Teknik HPLC merupakan
suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan
pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC
didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode
pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila
hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan
dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
HPLC yang modern telah
mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan manusia untuk meminimalis
pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu pengembangan pada jalur
yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang modern bahwa LC (Liquid
Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk
komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan
kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang
lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, Day. 2002 : 553).
HPLC berbeda dari
kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan bahan pengisi kolom
berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm (1μm = 10-6 m).
Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000 Kpa ( 200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa
gerak melalui kolom tersebut.
Ternyata, penggunaan
bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah
memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah
menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai
kelemahan- kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah,
dan perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif.
Selain itu sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran
fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Fase
Normal HPLC
HPLC jenis ini secara
esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun disebut normal, ini bukan
bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang sangat
kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang
120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat
lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar.
Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati
kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka
sistem ini disebut HPLC fase normal.
b) Fase
Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini,
ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui
pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada permukaannya secara sederhana
baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi
yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui
kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai
hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar
dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak
melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena
interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Prinsip kerja
instumentasi HPLC
HPLC menggunakan fasa
gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah campuran komponen (analit). Prinsip
keja HPLC adalah pemisahan setiaap komponen dalam sampel berdasarkan
kepolarannya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah
pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang
biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah RMe2SiCl,
dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa larutan
yang diatur komposisinya (gradien elusi), misalnya : air:asetonitril (80:20),
hal ini bergantung pada kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran analit
akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu retensinya akan berbeda, hal
ini akan teramati pada spektrum yang punsak-puncaknya terpisah.
Prinsip dasar HPLC
adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena perbedaan kekuatan interaksi
antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan menggunakan HPLC dibandingkan
kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya untuk menganalisis cuplikan
yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak terbatas pada senyawa
organik tapi mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu menganalisis cuplikan
yang mempunyai molekul tinggi (beratnya), mampu menganalisis cuplik yang
mempunyai titik didih yang sangat tinggi seperti polimer.
Cara kerja instumentasi HPLC
Prinsip kerja alat
HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom kedetektor dengan
bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan
cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran
karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa diam
akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang keluar
kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
Keuntungan menggunakan metode HPLC
- Langsung
- kuantitatif
- Precise & akurat
- Sensitif dan spesifik
- Otomatis
- Tinggi melalui put
Kerugian dalam menggunakan metode ini
adalah
- Membutuhkan pretreatment sampel
seperti ekstraksi & filtrasi
- Membutuhkan perhatian untuk memilih
fase gerak & sampel laju pemompaan
- Awalnya membutuhkan optimasi. Dalam
rangka untuk mendapatkan resolusi tinggi dasar rendah dan kembali ketingkat
noise yang rendah harus dipertahankan
- Membutuhkan standar internal,
kalibrator dan reagen HPLC kelas
- Mahal untuk membeli dan biaya
pemeliharaan yang tinggi
II.3.2
Immunoassays
Ada beberapa jenis
immunoassays seperti:
- Enzim Linked Sorbant Immuno Assay yang
memanfaatkan antibodi terkait dengan enzim.
- Radio-immunoassay bukannya
memanfaatkan radio-isotop dan karena pelepasan radioaktif menyangkut ini
sekarang keluar tanggal.
- Immunoassays Fluorescent menggunakan
antibodi berlabel dengan fluorophore tetapi tidak memiliki kepekaan
dibandingkan dengan dua sebelumnya.
Vitamin B12 dan
Vitamin-D-dapat dianalisis dengan immunoassay. Tes ini tergantung pada
ketersediaan antibodi monoklonal yang menentukan spesifisitas dan
sensitivitasnya. Untuk beberapa sampel immunoassays dianggap mahal tetapi biaya
dapat dikurangi jika sampel yang cukup adalah 'batch' dianalisis pada 96 format
yang baik. Immunoassays adalah metode kedua yang paling dapat diandalkan untuk
pengukuran vitamin setelah HPLC.
II.3.3 Kolorimetri dan Spektrofotometri tes
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun
komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang
sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan fungsi dari kandungan
komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat
penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini
dijadikan dasar perhitungan.
kolorimetri terbagi atas 2 metoda, yaitu :
a.
Kolorimetri
visual, menggunakan mata sebagai detektor.
b.
Fotometri, menggunakan
fotosel sebagai detektornya.
Metoda
kolorimetri visual merupakan metoda yang konvensional dan sudah jarang
digunakan karena tidak akurat. Hal ini disebabkan karena mata hanya sebagai
detektor untuk melihat kesamaan warna, bukan sebagai alat ukur intensitas
absorbsi.
Metoda kolorimetri visual adalah sebagai berikut :
a.
Tinggi
larutan konstan (Constant Depht Methods), terbagi menjadi
dua metoda.
1. Tabung Nessler
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi
berbentuk silinder. Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan
konsentrasi terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung ini
disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak memantulkan
sinar yang datang pada tabung. Kemudian larutan sampel dengan tinggi yang sama
diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna larutan standar
dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika ada warna larutan
standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi sampel sama dengan larutan
standar tersebut. Atau jika warnanya berada diantara 2 warna larutan standar
yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel berada dalam range dari konsentrasi
kedua larutan tersebut.
2. Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara
larutan sampel dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan
sampel disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum
comparator ini merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua
menurut diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan
larutan standard an bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dialakukan
dari bagian depan (horizontal).
b. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods), terbagi
menjadi dua metoda
1. Tabung Herner
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk
mengeluarkan larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat
sehingga tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua
silinder.
2. Kolorimeter Dubosq
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara
mengatur tinggi rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana
berubah sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Syarat-syarat warna pada metoda
kolorimetri antara lain :
a. Warna yang
terbentuk harus stabil dan merupakan fungsi dari konsentrasi.
b. Reaksi pewarnaan harus selektif.
c. Larutan harus transparan.
d. Reproducibilty (ketepatan ulang yang
tinggi).
Reaksi kimia antara chromogen dan vitamin
menyebabkan perubahan warna. Perkembangan warna menunjukkan adanya vitamin,
analisis kualitatif. Untuk mengukur
metode ini, spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas warna 'end
point', di mana intensitas warna sebanding dengan konsentrasi vitamin. Terutama digunakan
untuk penentuan vit-C (asam askorbat).
Keuntungan
dalam menggunakan metode calorimeter adalah
- Sebuah uji kuantitatif langsung
- Membutuhkan volume sampel kecil
- Otomatis
- Cepat turn-sekitar waktu
- Bisa diterapkan untuk sampel tunggal
atau beberapa pada satu waktu Kerugian
- Sensitivitas dan spesifisitas rendah
maka beberapa zat lainnya dapat mengganggu chromogen atau enzim yang digunakan.
- Tidak bisa digunakan untuk semua jenis
vitamin
-
Kontrol yang tepat dan kalibrator harus digunakan
II.3.4 Fluorometric assay & Chemiluminescence
assay
Vitamin tertentu
memiliki kemampuan untuk menghasilkan fluoresensi ketika direaksikan dengan
fluorophore a. Fluoresensi ini berbanding lurus dengan konsentrasi vitamin.
Dalam tes Chemiluminescence, luminol digunakan untuk bereaksi dengan vitamin
bunga. Campuran disuntikkan pada tingkat dikontrol melalui kapiler di mana
'reaksi kinetik' diukur dan diberikan pengukuran kuantitatif. Keuntungan dan kerugian yang mirip dengan tes
kolorimetri dan Spektrofotometri.
II.3.5
Tes amperometri
Beberapa vitamin dapat
mengalami oksidasi elektro-kimia. Reaksi ini pada penyebab elektroda perubahan
potensial listrik yang berbanding lurus dengan konsentrasi vitamin dalam
sampel. Kerugian utama dari metode ini adalah kurangnya spesifisitas dan jarang
digunakan, kadang-kadang secara paralel dengan HPLC untuk konfirmasi hasil
tertentu.
II.4 Metode tidak langsung untuk penentuan
vitamin
II.4.1 Metabolit pemuatan uji
Tes ini telah sangat
populer di masa lalu. Ini adalah sebuah
assay tidak langsung yang menentukan aktivitas vitamin digunakan sebagai
kofaktor untuk metabolit tertentu.
Langkah-langkah yang
terlibat adalah sebagai berikut :
- Pasien diberikan secara oral besar,
diukur dosis metabolit tertentu yang digunakan oleh vitamin menarik untuk
konversi.
- Darah atau urin sampel diperoleh dari
pasien setelah ~ 6 jam menelan.
- Metabolit yang sama diukur dalam
sampel ini: Peningkatan metabolit di
atas kisaran normal menunjukkan kekurangan vitamin
Secara signifikan mengurangi metabolit
menunjukkan aktivitas vitamin yang normal Misal : Tryptophan adalah metabolit
pemuatan untuk vit B6-dan Histidin adalah untuk folat
Keuntungan menggunakan metode metabolit
pemuatan uji adalah
- Metode Murah
- Efek samping Minimum
Kerugian
menggunakan metode metabolit pemuatan uji adalah
- Metode tidak langsung
- In-vivo karena itu tidak dapat
diandalkan karena gangguan oleh faktor-faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Invasif
II.4.2
Uji aktivasi enzim eritrosit
- Hemolysates seluruh darah atau RBC
disiapkan
- Aktivitas enzim di bawah pengaruh
langsung dari vitamin bunga diukur. Aktivitas enzim ini dikenal sebagai
Activity Koefisien (AC).
- Sejumlah vitamin jenuh tertentu
ditambahkan.
- Aktivitas enzim ini diukur kembali dan
dibandingkan dengan aktivitas enzim sebelum penambahan.
- Peningkatan AC menunjukkan kekurangan
vitamin. Dalam kasus vitamin normal atau bahkan vitamin jenuh, AC tidak akan
berubah.
- Misal : Kegiatan transketolase diukur
untuk mengevaluasi tingkat tiamin, Glutathione reduktase diukur untuk
mengevaluasi riboflavin status dan aspartat transaminase (AST) aktivitas diukur
untuk analisis vit B6-
II.4.3
Uji fragilitas eritrosit
Digunakan khusus untuk
penilaian tingkat vitamin-E. Vitamin ini bertanggung jawab untuk stabilitas
membran RBC.
Langkah-langkah yang terlibat:
- Sampel Pasien dibagi menjadi dua
aliquot.
- Sel darah merah dalam satu aliquot
dicuci dengan 2% H2O2 (membran racun radikal bebas),
sedangkan sel darah merah dari 2 aliquot dicuci dengan dist. H2O.
- Setelah 3 jam inkubasi, hemoglobin
diukur di kedua aliquot.
-
Jika hemolisis sel darah merah dalam aliquot 1 (dicuci dengan H2O2)
adalah 20% lebih dari hemolisis dalam 2 aliquot (sel darah merah dicuci dengan
dist.H2O), ini akan menunjukkan kekurangan vitamin-E.
II.4.4 prothrombin Waktu
Metode Ini adalah
metode spesifik, namun tidak langsung assay untuk penilaian kegiatan vit-K.
Sejak vit-K bertanggung jawab untuk aktivasi faktor pembekuan (II, VII, IX, X,
protein C, S & Z) meningkat PT> 2 min menunjukkan defisiensi vit-K. Hal ini dianggap sebagai tes skrining, namun
untuk mengkonfirmasi HPLC atau analisis spektrofotometri dianjurkan.
II.4.5 Metode Mikrobiologi (digunakan penelitian saja)
Beberapa
mikro-organisme misalnya Lactobacillus Casel dan Lactobacillus Plantoides
tergantung pada vitamin tertentu untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme ini tumbuh dalam kaldu atau
kultur agar yang mengandung sampel dengan konsentrasi yang tidak diketahui dari
vitamin. Sebuah kontrol negatif yang tidak
memiliki vitamin sama sekali juga digunakan.
Inkubasi selama beberapa hari Kepadatan pertumbuhan diukur dengan
turbidimetri Pembentukan asam laktat
juga dapat dikuantifikasi yang berbanding lurus dengan konsentrasi vitamin
dalam sampel
II.4.6 Bioassay untuk vitamin
Adalah alat penelitian
saja dan jarang digunakan secara klinis untuk analisis vitamin. Untuk mengukur
enzim dibawah pengaruh vitamin dan efek kekurangan fenotipik. Ada dua jenis bio-tes:
1.
In-vivo
Bioassays
• Membutuhkan hewan hidup lebih kecil
dalam ukuran seperti tikus atau ayam
• sifat fisik hewan seperti berat,
perilaku, laju respirasi, denyut nadi, anggota tubuh dan gerakan mata dan
pengamatan fisik lainnya dicatat.
• Aktivitas enzim di bawah pengaruh
langsung dari vitamin yang akan dianalisis ditentukan dalam sampel darah spektrofotometri
(nilai puncak).
• hewan tersebut kemudian kekurangan
diet yang mengandung vitamin tertentu untuk jangka waktu tertentu.
•
Saat hewan ini mulai mengembangkan penyakit yang terkait dengan kekurangan
vitamin, sampel darah yang lain diambil dan aktivitas enzim diukur ulang. Ini
adalah nilai dasar. Gejala fisik lainnya yang direkam selama keadaan penyakit.
• Kemudian dosis dihitung dan secara
bertahap meningkatkan vitamin diumpankan ke hewan pada titik waktu tertentu.
• Aktivitas enzim yang kembali dan
gejala fisik mulai membaik.
• Sampel darah diambil pada interval
waktu tertentu dan aktivitas enzim diukur sampai puncak (optimal) aktivitas
kembali dan gejala penting hewan ini telah sepenuhnya pulih.
• Uji ini memungkinkan konsentrasi
vitamin vs aktivitas enzim kurva standar.
• Kurva standar yang sama sekarang dapat
digunakan untuk menganalisis vitamin yang sama dalam berbagai model binatang
karena aktivitas enzim dapat diukur dan menggunakan kurva, konsentrasi vitamin
yang diharapkan dapat diperoleh. misalnya tikus ketika kekurangan vit-D untuk
beberapa waktu, akan mengembangkan rakhitis. Vit-D aktivitas enzim
25-hidroksilase dipengaruhi, yang memanfaatkan vit-D sebagai substrat. Hal ini
memicu kaskade kejadian yang menyebabkan cacat tulang pada tikus ini. Namun
ketika dosis dihitung tertentu vit-D diumpankan gejala sembuh. Aktivitas enzim
diukur pada setiap titik waktu dosis dan kurva standar dirumuskan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah
- Dekat dengan realitas
- Bisa menyebabkan menerobos dalam
penelitian
Kerugian
- Metode tidak langsung
- Membutuhkan pemantauan yang cermat
- Sulit untuk mempertahankan data yang
konsisten karena gangguan oleh faktor-faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Mahal karena manajemen hewan
- Memakan Waktu
-
Tidak memiliki aplikasi klinis
2. In-vitro Bioassays
• Tes ini melibatkan menargetkan jalur
sel tertentu atau jaringan dalam media kultur.
• Mempengaruhi vitamin dipelajari pada
pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi sel.
• Faktor-faktor lain atau bahan kimia
seperti: protein, imunoglobulin, kalsium, fosfor yang diproduksi oleh sel-sel
& jaringan setelah terpapar vitamin juga diukur. Misalnya efek anti-oksidatif vit-C dan E yang
didirikan oleh tes ini
Keuntungan dalam menggunakan metode ini
adalah
- Lebih mudah dari in-vivo
- Lebih baik monitoring & control
kondisi
- Kurang memakan waktu & murah
- Dapat digunakan untuk menganalisis
efek dari beberapa vitamin
Kerugian dalam menggunakan metode ini
adalah
- Tidak Langsung
-
Tidak dekat dengan realitas
-
Jaringan dan sel kultur beresiko kontaminasi
Daftar
Pustaka
Bassett, J., R.C. Denney,
G.H. Jeffery, dan J. Mendham, 1994, Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Day, R.A dan Underwood,
A.L., 1986, Analisis
Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI
Press, Jakarta.
Prawirokusumo, Soeharto,
Prof. Dr. M.Sc., 1991, Biokimia
Nutrisi dan Vitamin, BPFE, Yogyakarta.
Underwood,
A.L. dan R.A. Day. 1999. Analisa kimia kuantitatif. Edisi
ke-5. Erlangga :Jakarta. Hal 490 – 542.
Vogel.
1994. Kimia analisis kuantitatif anorganik. Edisi ke-4. Penerbit EGC
:Jakarta. Hal. 243 – 253.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar