TUGAS
PENDAHULUAN
APLIKASI
PERUBAHAN KIMIA PANGAN
Evaluasi
Mutu Pangan Berdasarkan Minyak
Goreng
yang Digunakan
OLEH
NAMA : ERVAN TOGATOROP
NIM : G31113302
ILMU
& TEKNOLOGI PANGAN
TEKNOLOGI
PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
EVALUASI
MUTU PANGAN BERDASARKAN MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN
1. Apa yang dimaksud
a.
Minyak
goreng jelantah ?
b.
Asam
lemak bebas ?
c.
Total
polar material ?
2. Apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan kerusakan minyak goreng ?
3. Apakah fungsi penggunaan minyak goreng
?
4. Jelaskan mengenai mutu minyak goreng ?
5. Cari jurnal mengenai minyak goreng !
6. Bagaimanakah cara menguji asam lemak
bebas ?
1. A. Minyak
goreng jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis
minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga
umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaan kuliner, akan tetapi bila
ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa
yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.(Wikipedia,
2009).
B.
Asam lemak bebas adalah Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang
dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis
dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada
diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding
sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan
mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan
minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk
gliserol dan asam lemak bebas.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27874/5/Chapter%20I.pdf C. C. Materi
polar adalah materi yang terbentuk diakibatkan adanya reaksi kimia kompleks
pada minyak goreng, seperti hidrolisa, oksidasi, dan polimerisasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pokorny (1989) bahwa, peningkatan
komponen polar menyebabkan penurunan kualitas produk pangan. Selain
menggambarkan kualitas, analisis komponen polar juga berhubungan dengan
keamanan produk pangan yang dihasilkan.
Sumber : Pokorny,
J. 1989. Flavor Chemistry of Deep-Fat
Frying in Oil. Di dalam : Romaria, Mayland. 2008. Karakteristik Fisiko Kimia Minyak Goreng
Pada Proses Penggorengan Berulang Dan Umur Simpan Kacang Salut Yang Dihasilkan.
Institute Pertanian Bogor, Bogor
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan minyak goreng
·
Absorpsi
bau oleh lemak
·
Aktivitas
enzim alam bahan yang mengandung lemak
·
Aktivitas
mikroba yang terkandung dalam lemak
·
Oksidasi
oleh oksigen dari udara
·
Kombinasi
dua atau lebih dari empat penyebab tersebut
·
Pengaruh suhu / panas:
Kecepatan
oksidasi lemak bertambah dengan kenaikan suhu (dibiarkan di udara terbuka) dan
akan berkurang dengan penurunan suhu (ditutup atau disimpan di tempat dingin).
Kecepatan akumulasi peroksida (sebagai hasil dari oksidasi) selama proses
aerasi minyak pada suhu 100 – 115°C adalah ua kali lebih besar dibandingkan
pada suhu 10°C. Untuk mengurangi kerusakan akibat suhu/panas sehingga tahan
dalam waktu lebih lama, maka lakukan penyimpanan dalam ruang dingin.
·
Pengaruh cahaya:
Cahaya
merupakan akselerator terhadap timbulnya ketengikan. Kombinasi oksigen dan
cahaya dapat mempercepat proses oksidasi. Sebagai contoh, lemak yang disimpan
tanpa udara (O2) tetapi dikenai cahaya maka menjadi tengik. Hal ini
disebabkan terjadinya dekomposisi peroksida secara alamiah telah terjadi di
dalam lemak, dan cahaya bepengaruh sebagai akselerator proses oksidasi senyawa
tidak jenuh dalam lemak tersebut. Menghindarkan lemak dan minyak dari pengaruh
cahaya, yaitu dengan membungkusnya menggunakan wadah bewarna yang tidak dapat
ditembus cahaya atau yang mampu mengabsorpsi sinar UV dan sinar biru, misalnya
cellophan bewarna biru tua, hijau tua, coklat tua, merah tua.Atau mengunakan pelapis kertas timah, atau
menggunakan botol berwarna tersebut.
·
Bahan kimia:
Bahan
kimia sebagai akselerator proses oksidasi terhadap lemak atau minyak. Bahan-bahan
kimia tersebut adalah:
1.
Peroksida
2.
Ozon
3.
Kalium
permanganat (KMnO4)
4.
Asam
perasetat dan perbenzoat
5.
Logam
6.
Enzim
pengoksidasi
·
Pemanasan tehadap lemak dan minyak
Perubahan
kimia lemak atau minyak yang dipanaskan: Pemanasan mengakibatkan 3 macam perubahan
kimia pada lemak ataupun minyak, yaitu:
1.
Terbentuknya
peroksida pada asam lemak tidak jenuh
2.
Peroksida
berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, dan
3.
Polimerisasi
oksiasi sebagian, menghasilkan fraksi non-urea adduct.
Fraksi
non-urea adduct ini pada dosis 2,5% dalam makanan mampu mengakibatkan keracunan
akut pada tikus setelah 7 hari, sedangkan peroksida dan persenyawaan karbonil
menyebabkan keracunan kronis dalam aktivitas biologisnya.
Dekomposisi
minyak oleh adanya udara dapat terjadi pada suhu lebih rendah (190°C) dibanding
tanpa udara (pada suhu 240 – 260°C). Reaksi yang terjadi berbeda pada bagian
permukaan dengan bagian tengah minyak yang digoreng, juga bentuk penggorengan
berpengaruh terhadap kecepatan penguraian minyak. Minyak goreng mengandung
sejumlah besar asam-asam lemak tidak jenuh i dalam molekul trigliseridanya.
Reaksi-reaksi degradasi selama proses penggorengan didasarkan atas reaksi
penguraia asam lemak, dan produk yang dihasilkan dapat diklasifikasikan
menjadi 2 golongan utama:
1.
Hasil
dekomposisi yang tidak menguap (NVDP, non-volatile decomposition
product), yang tetap ada dalam minyak dapat diabsorpsi oleh bahan pangan
yang digoreng.
2.
Hasil
dekomposisi yang dapat menguap (VDP, volatile decomposition product),
akan menguap pada saat minyak dipanaskan.
Pada
reaksi dekomposisi yang tidak menguap (NVDP, non-volatile decomposition
product), tiga macam reaksi yang dapat terjadi, yaitu:
1.
Autooksidasi
2.
Thermal
polimerisasi
3.
Oksidasi
thermal
Sedang
pada dekomposisi yang dapat menguap (VDP, volatile decomposition
product), terbentuk jenis-jenis senyawa:
1.
alkohol,
2.
ester,
3.
lakton
aldehid keton,
4.
senyawa
aromatik
Jenis
yang paling dominan adalah aldehida, yang dikenal mempengaruhi bau yang khas
dari hasil gorengan.
3.
Fungsi Penggunaan minyak goreng
-
Untuk
memasak, menggunakan Minyak Kacang yang memiliki titik uap tinggi, stabilitas
suhu yang tinggi dan baik
-
Minyak
selada, menggunakan minyak zaitun
-
Untuk
pengalengan, menggunakan minyak zaitun
-
Untuk
melapisi permen,, menggunakan menggunakan mentega coklat yang memiliki titik
cair kira-kira 35C
-
Mayonnaise,
menggunakan minyak zaitun.
-
Krim
untuk permen, menggunakan minyak kelapa
-
Pengepuk
(shortening), menggunakan lemak sapi
-
Pengoles
yang dapat dimakan, menggunakan Minyak mentega
-
Minyak
pelumas, menggunakan lemak sapi
-
Pembawa
cita rasa dan pewarna, menggunakan minyak kelapa.
Sumber : Bailey, A.E. 1951. Industrial oil and fat product (2nd
edn) . New York ; Interscience.
4. Mutu minyak goreng
Standar mutu merupakan hal yang
penting untuk menentukan bahwa minyak tersebut bermutu baik. Ada beberapa
faktor yang menentukan standar mutu, yaitu:
1.
Kandungan air dan kotoran
2.
Kandungan asam lemak bebas
3.
Warna
4.
Bilangan peroksida
Faktor lain yang
mempengaruhi standar mutu, adalah:
1.
Titik cair
2.
Kandungan gliserida
3.
Refining
loss (kehilangan pada saat pengolahan)
4.
Plastisitas
(kelenturan)
5.
Spreadability
(kemudah-tersebaran)
6.
Kejernihan
7.
Kandungan
logam berat
8.
Bilangan
penyabunan
Mutu minyak goreng yang baik, umumnya
mempunyai:
1. Kadar air < 0,1%
2. Kadar
kotoran < 0,01%
3. Kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin
yaitu < 2%
4. Bilangan peroksida < 2
5. Bebas dari warna merah & kuning, tidak
berwarna hijau, harus berwarna pucat dan jernih
6. Kandungan
logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam.
Sumber:
http://www.academia.edu/6246817/PENGUJIAN_LIPIDA_dan_ASAM_LEMAK
6. Cara
menguji asam lemak bebas,
a) Sampel ( minyak goreng ) ditimbang sebanyak 5 gram
b) Sampel dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50ml alkohol
netral
c) Dipanaskan hingga mendidih
d) Setelah sampel (minyak goreng ) dingin ditambahkan 2 ml
indikator phenolpthealin (pp) dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
yang telah di standarisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak
hilang selama 30 detik.
e) Dihitung %FFA (Free Fatty Acid) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
% FFA
= x 100 %
Sumber
: http://kumalasarievhy.wordpress.com/2012/12/17/laporan-praktiku-uji-asam-lemak-bebas/
5. Jurnal ilmiah tentang minyak goreng
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari
jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini
merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat
digunakan kembali untuk keperluaran
kuliner
Pembentukan
asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas atau jelantah diakibatkan oleh
proses hidrolisis yang terjadi selama prosess penggorengan yang biasanya
dilakukan pada suhu 160-200oC.
Tingginya
angka asam suatu minyak jelantah menunjukkan buruknya kualitas dari minyak
jelantah tersebut, sehingga minyak jelantah dibuang sebagai limbah akan
mengganggu lingkungan dan menyumbat saluran air. Agar minyak jelantah dapat
dimanfaatkan kembali, maka dicoba untuk meregenerasi minyak tersebut dengan
menurunkan angka asam yaitu mengurangi kandungan asam lemak bebas.
Berdasarkan
hasil penelitian penurunan angka asam dengan proses adsorpsi menggunakan arang
aktif dari tempurung kelapa menunjukkan
semakin lama waktu operasi dan semakin banyak jumlah arang aktif yang
ditambahkan, penurunan angka asam semakin besar. Hal ini disebabkan semakin
lama waktu operasi maka semakin lama pula waktu kontak antara arang aktif
dengan minyak jelantah. Parameter jumlah arang aktif yang digunakan juga
berpengaruh terhadap luas bidang kontak antara adsorben dengan adsorbat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar