TUGAS INDIVIDU
BIOLOGI DASAR
SISTEM
REPRODUKSI PADA HEWAN
OLEH
NAMA : ERVAN TOGATOROP
NIM
: G31113302
PRODI : ILMU & TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN : TEKNOLOGI PERTANIAN
MATA
KULIAH UMUM
BIOLOGI
DASAR
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas perkenan dari
beliau lah saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada
waktunya. Dengan judul makalah “REPRODUKSI HEWAN”. Walaupun dengan buku penunjang yang terbatas.
Adapun
makalah ini sengaja saya susun atas dasar kelengkapan tugas akhir biologi dasar semester II.
Dan agar
para mahasiswa juga dapat mengetahui tentang reproduksi yang terjadi pada
hewan. Dan juga dapat mengetahui perbedaan cara reproduksi, dan tujuan
reproduksi serta banyak hal mengenai itu.
Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini, semua yang telah memberi informasi yang saya tidak bisa
sebut satu persatu.
Dalam
penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya, maka untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam membantu proses belajar
dalam mata kuliah biologi dasar.
19 Mei 2014
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Sampul…………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………………..2
Daftar Isi………………………………………………………………………….3
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………...4
I.1 Latar Belakang…………………………………………………………...4
I.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..4
I.3 Tujuan Makalah………………………………………………………….4
Bab II Pembahasan………………………………………………………………5
II.1 Reproduksi Aseksual…………………………………………………….5
II.2 Reproduksi Seksual………………………………………………………5
II.3 Sistem Reproduksi Pada Vertebrata……………………………………7
II.4 Sistem Reproduksi pada Invertebrata………………………………...15
Bab III Kesimpulan……………………………………………………………..17
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..18
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Reproduksi
merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping cirri-ciri lain seperti; respirasi,
transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas. Setiap
makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi atau proses
perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi
aseksual (tanpa perkawinan).
Pada
reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan
sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak menggunakan
alat/organ seksual, sehingga proses perkembanganbiakan menggunakan organ tubuh,
seperti akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi
seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative, sedangkan reproduksi
aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative. Reproduksi seksual
umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian tunbuhan. Sedangkan
reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah dan sebagian tumbuhan.
Makalah
ini membahas lebih rinci tentang reproduksi pada makhluk hidup, yang meliputi
proses reproduksi pada hewan, dan alat/organ seksual pada hewan
I.2 Rumusan Masalah.
1. Apakah
alat/organ reproduksi pada hewan?
2. Bagaimanakah
proses reproduksi pada hewan?
I.3 Tujuan.
1. Mengetahui
alat/organ reproduksi pada hewan?
2. Mengetahui
proses reproduksi pada hewan?
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1
Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual/vegetative meliputi :
1.
Fragmentasi yaitu pemisahan salah satu bagian tubuh
yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contohnya
Planaria sp dan Asterias sp.
2.
Budding/tunas/gemmulae yaitu pembentukan tonjolan pada salah satu bagian tubuh hewan dan adapat
berkembang menjadi individu baru. Contohnya hewan Acropora sp dan Euspongia sp.
3.
Fisi yaitu pembelahan sel pada sel induk dan hasilnya akan berkembang menjadi
individu baru. Dibedakanmenjadi 2 yaitu pembelahan biner, contohnya pada
Bakteri dan pembelahan multiple paada Virus.
4.
Sporulasi yaitu dengandibentuknya spora pada sel
indukdan akhirnya spora akan berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada
Plasmodium sp.
5.
Parthenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang tanpa dibuahi.
Contohnya lebah madu jantan, semut jantan dan belalang.
Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpha. Contohnya pada Class Trematoda/cacing isap yaitu Fasciola hepatica dan Clonorchis sinensis.
Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpha. Contohnya pada Class Trematoda/cacing isap yaitu Fasciola hepatica dan Clonorchis sinensis.
II.2 Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual/generative
1.
Konjugasi yaitu
persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex. Terjadi
persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada
Paramaecium sp.
2.
Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan
jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
·
Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang
sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.
·
Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya sama.
Contohnya Chlamydomonas sp.
·
Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak
sama. Contohnya pada Hydra sp.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti
dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot
yang akan berkembang menjadi embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat
terjadi secara eksternal atau secara internal.
1.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di
luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya
air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
2.
Fertilisasi
internal
merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina.
Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada
hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil,
aves dan Mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga
cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar,
vivipar dan ovovivipar.
1.
Ovipar
(Bertelur)
Ovipar merupakan embrio yang berkembang
dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan
makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu
dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa
jenis reptil.
2.
Vivipar
(Beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang
dan mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak
siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina induk betinanya.
Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya
kelinci dan kucing.
3.
Ovovivipar
(Bertelur dan Beranak)
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang
di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk
betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam
telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak
akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah
kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
II.3 SISTEM REPRODUKSI PADA VERTEBRATA
1.
Pisces
Sistem Genitalia Jantan
a.
Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah
rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.
Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
b.
Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus
mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis
dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus aferen
berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung
sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari
sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
Sistem Genitalia Betina
a.
Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak
pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium
kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b.
Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian
anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk
pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu
dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak
memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang
bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut
apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium
melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina
mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam
air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang
disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma)
dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air
(fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum
yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil
berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam.Anak ikan
yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya,
yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari
sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
2.
Amphibi
Sistem Genitalia Jantan
a.
Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium.
b.
Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian
posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksi.
Tubulus ginjal akan menjadi duktus
aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat
kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk
vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan
membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran
halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial
ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah
lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas
dijumpai.
Sistem Genitalia Betina
a.
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai
jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus
adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars
progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
b.
Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang
berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum)
dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal
mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di
kloaka.
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak
jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak
terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan
melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan
ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur
(membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui
oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah
sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan
bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah
terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan
herbivora.Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau
insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang
hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya
celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap.
Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
3.
Reptil
Sistem Genitalia Jantan
a.
Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna
keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen.
Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang
lain. Testis akan membesar saat musim kawin.
b.
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai
saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf
dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis.
Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil,
duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu
sinus urogenital yang pendek.
Sistem Genitalia Betina
a.
Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian
permukaannya benjol-benjol.
Letaknya tepat di bagian ventral kolumna
vertebralis.
b.
Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di
kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya
reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti
ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh
induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada
dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian
bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma
di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan
dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas
deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang
dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada
sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya
satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada
saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang
yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang
hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning
telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta
berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun
mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4.
Aves
Sistem Genitalia Jantan
a.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian
permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling
kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar.
Di sinilah dibuat dan disimpan
spermatozoa.
b.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus
aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk
sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari
duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimisyang
kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter ketika masuk kloaka.
Sistem Genitalia Betina
a.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang
berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah
kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh
mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah
infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang
akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel
telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang
kapur.
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk
ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh
induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak
burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat
mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
5.
Mamalia
Sistem Genitalia Jantan
a.
Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak
di dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia.
Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum
disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga
abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal.
b.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi
duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di
sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu kea rah
posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf
menjadi epididimis, duktud deferen, dan vesikula seminalis.
Sistem Genitalia Betina
a.
Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan
terletak di dalam rongga pelvis.
b.
Saluran reproduksi
Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus
Muller. Oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang
mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di
kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan
vvagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang
terbuka kearah rongga selom.
Ada 4 macam tipe uterus:
·
Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara
terpisah ke vagina.
·
Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke
vagina dengan satui lubang.
·
Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang
bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang.
·
Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan
uterus.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan
oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot
yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang
menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot
menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh
dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
II.4 SISTEM REPRODUKSI PADA INVERTEBRATA
a.
Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan.
Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti
dari reproduksi seksual. Beberapa invertebrata, misalnya jenis cacing
pipih (Planaria) berkembang biak dengan cara fragmentasi. Fragmentasi merupakan
pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran yang normal, Planaria
secara spontan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian berkembang
menjadi dewasa dan proses tersebut akan terulang kembali.
Invertebrata lain melakukan melakukan reproduksi aseksual dengan cara pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil (yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk.
Invertebrata lain melakukan melakukan reproduksi aseksual dengan cara pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil (yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk.
Keturunan berkembang sebagai tunas pada badan induk. Pada beberapa
spesies, seperti pada Obelia, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada
spesies lain, misalnya koral atau anemon laut, tunas tersebut tetap terikat
pada induk hingga menyebabkan terjadinya koloni koral.
Pertunasan juga dijumpai pada hewan parasit, contohnya cacing pita (Taenia
solium). Daging babi yang kurang matang dapat mengandung sistiserkus termakan
dari cacing pita, yang terdiri dari suatu kapsul yang mengandung skoleks. Bila
sistiserkus termakan, getah lambung akan melarutkan dinding kapsul sehingga
skoleks keluar dan melekatkan diri dengan alat penghisap dan kait, pada dinding
usus. Skoleks kemudian membuat tunas-tunas (proglotid) pada ujung belakangnya.
Tunas-tunas ini tetap terikat satu sama lain. Setelah dewasa proglotid
mengembangkan alat kelamin. Proglotid yang paling tua akhirnya lepas dan keluar
bersama kotoran. Namun, sebelum hal ini terjadi, rantai tersebut dapat mencapai
panjang 6 meter dan mengandung lebih dari 1000 proglotid, dimana tiap proglotid
merupakan individu yang dapat berdiri sendiri.
Beberapa spesies invertebrata yang tingkatannya lebih tinggi berkembang
biak dengan cara partenogenesis. Partenogenesis merupakan telur yang dihasilkan
oleh hewan betina yang berkembang menjadi individu baru tanpa dibuahi,
contohnya serangga. Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan satu-satunya
cara yang dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi pada
umumnya hewan tersebut melakukan partogenesis
pada waktu tertentu, seperti yang dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan
partenogenesis pada musim ketika banyak terdapat sumber makanan di
sekelilingnya.
Reproduksi secara partenogenesis lebih cepat daripada reproduksi secara
seksual, hal ini memungkinkan jenis tersebut untuk memanfaatkan sumber makanan
yang tersedia dengan cepat.
b.
Reproduksi Seksual
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu sperma
dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing tanah yang
bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum). Meskipun
hermafrodit, cacing tanah tidak dapat melakukan fertilisasi sendiri, melainkan
dengan pasangan cacing tanah lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
III.1 KESIMPULAN
·
Reproduksi aseksual menghasilkan keturunan yang semua gennya
berasal dari satu induk. Reproduksi seksual memerlukan penyatuan gamer jantan
dan betina untuk membentuk suatu zigot diploid.
·
Pembelahan, pertunasan, dan fragmentasi dengan regenerasi adalah
mekanisme reproduksi aseksual pada berbagai invertebrata.
·
Hewan bisa bereproduksi secara seksual atau aseksual saja, atau
bergantian satu sama lain antara keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan.
Variasi pada kedua modus ini dimungkinkan melalui adanya partenogenesis,
hermafroditisme, dan hermafroditisme sekuensial. Siklus reproduksi dikontrol
ole hormon dan petunjuk lingkungan, seperti perubahan dalam suhu, curah hujan,
panjang siang hari, dan sekitar bulan musiman.
·
Pada fertilisasi eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina
dibuahi atau defertilisasi oleh sperma oleh sperma pada lingkungan eksternal.
Pada fertilisasi internal, telur dan sperma menyatu di dalam tubuh betina.
·
Fertilisasi eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu
yang kritis, yang seringkali di perantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon,
dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi
perilaku penting antara hewan jantan dan betina, dan juga adanya organ kopulasi
yang sesuai dan cocok.
DAFTAR PUSTAKA
______. 2008. SISTEM
REPRODUKSI VERTEBRATA. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-reproduksi-vertebrata/
Darul. 2008. SISTEM
REPRODUKSI PADA HEWAN. http://darul-angkring.blogspot.com/2010/06/sistem-reproduksi-pada-hewan.html
_____. 2008. SISTEM
REPRODUKSI INVERTEBRATA. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-reproduksi-invertebrata/
(Semua diakses tanggal
19 Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar